Islam Gaul


Hidup Mulia Bersama Islam

Posted in Buletin GAUL Islam,Tahun IV/2010-2011 by Hasna Hawwa on the June 13th, 2011
 gaulislam edisi 190/tahun ke-4 (11 Rajab 1432 H/ 13 Juni 2011)

Apa yang terbayang di benak kamu begitu disodorin kata ‘pedalaman’? Kalo gue sih kebayangnya: Suatu wilayah yang jauh dari kecanggihan teknologi, jauh dari kesejahteraan, dan para penduduknya yang–maaf- masih udik dan primitif, berpakaian pun ala kadarnya. Ada yang rumahnya di pesisir pantai, juga di tengah hutan.
Waduh, kita yang terbiasa belanja di minimarket, nongkrongin angkringan gorengan atau warteg, apalagi yang demen maennya di mal pastinya bakal bingung kalo terdampar di pedalaman kayak gitu. Pastilah bingung karena terbiasa dengan kemudahan fasilitas yang ada di kota. Nah kalo di pedalaman kadang sinyal hp pun ‘kejap ade, kejap tak ade’ (maksudnya timbul tenggelam gitu) bahkan ada yang tenggelam sama sekali! Jangankan mau online, sms-an aja kudu ke kota dulu kali. Lah emang ada listri? Haduh, help help S.O.S deh!

Tragis!
Kalo mikir nasib kita yang terdampar di pedalaman sih nggak abis-abis, Bro n Sis! Tapi coba deh pikirin gimana dengan sodara-sodara kita yang tersebar di pedalaman Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua? *mikir mode on*.  Sudahlah mereka tinggal di pedalaman, tapi apakah mereka udah dipenuhi kesejahteraannya oleh yang mimpin nih negara? Mereka bertahan dengan ‘pakaian adat’ yang alakadarnya dan ini dipertahankan buat melestarikan kebudayaan juga ningkatin pendapatan negara dalam hal pariwisata. (more…)

Nasihat untuk Waria

Posted in Buletin GAUL Islam,Tahun IV/2010-2011 by sholihin on the June 6th, 2011
 gaulislam edisi 189/tahun ke-4 (4 Rajab 1432 H/ 6 Juni 2011)

Sobat muda muslim, selama ini waria alias wadam alias banci emang amat akrab dengan dunia malam dan pinggiran jalan. Berbaur dengan para penjaja cinta dan hawa nafsu di keremangan malam dan temaram lampu jalanan. Biasanya begitu ada petugas tramtib, mereka larinya paling kenceng. Maklum, secara fisik mereka memang laki-laki. Tetapi kini para waria berani tampil beda. Ada yang pernah mencalonkan dirinya jadi anggota legislatif daerah, ada yang berani menulis buku menyuarakan pendapatnya memilih jadi waria, di televisi makin banyak orang yang memerankan (atau memang sudah?) jadi waria, ada penyelenggaraan khusus untuk kontes waria seperti gelaran Miss Waria, bahkan ada yang nekat akan menikah sesama waria. Wah, gimana jadinya ya kalo pria nikah dengan pria lagi? Ada-ada saja! Padahal manusia kan berkembang biak secara generatif, bukan vegetatif alias bertunas kayak pohon pisang atau membelah diri kayak molusca. Tul nggak?
Menurut Guru Besar Psikologi UGM Prof Dr Koentjoro, ketika ditanya alasan orang yang menjadi waria, hal itu bisa diakibatkan bila peran ibu dalam mengasuh anaknya lebih besar dan memperlakukan anak laki-laki layaknya perempuan. Mungkin dalam kehidupan keluarga mayoritas perempuan sehingga jiwa yang terbentuk adalah jiwa perempuan(www.jawapos.com, 08/06/2005)
Beliau juga menjelaskan bahwa, kecenderungan menjadi waria lebih diakibatkan oleh salah asuh atau pengaruh lingkungan sekitarnya. Bukan penyakit turunan atau karena urusan genetik. Ini pun diakui oleh Merlyn Sopjan—waria, penulis buku Jangan Lihat Kelaminku (Republika, 29/10/2004) (more…)

Bukan Islam KTP

Posted in Buletin GAUL Islam,Tahun IV/2010-2011 by sholihin on the May 30th, 2011
gaulislam edisi 188/tahun ke-4 (26 Jumadil Akhir 1432 H/ 30 Mei 2011)


 
Jadi inget judul sinetron ya pas kamu baca judul gaulislam edisi pekan ini? Kalo yang ngikutin ceritanya mesti tahu dan hapal banget deh. Nah, di gaulislam pekan ke-188 ini sengaja membahas tema ini juga, tetapi bukan ngomongin filmnya. Kita ngobrolin tentang diri kita yang baru berislam sebatas tercantum di kolom agama dalam KTP kita. So, di buletin ini kita bahas bahwa seorang muslim yang keren dan hebat itu bukan menganggap Islam cuma nyangkut di KTP-nya doang. Tetapi memang harus dipraktikkan dalam kehidupan nyata, dalam kesehariannya. Dia juga percaya diri sebagai muslim. Setuju kan?

Bro en Sis, saya prihatin banget dengan kondisi remaja muslim saat ini. Sumpah! Kok ada ya remaja yang masih merasa minder jadi muslim? Kebangetan deh jaman kiwari masih beredar remaja yang nggak pede alias nggak percaya diri jadi seorang muslim. Padahal, identitas kemusliman kita bakalan jadi ukuran. Apalagi di tengah arus deras informasi dan perang opini yang kerap bikin kita ‘pusing-mual-mencret’ kalo dapet sebutan muslim radikal atau fundamentalis. Cuma orang yang rasa percaya dirinya tinggi dan keimanannya mantap aja yang bakalan tahan bantingan. Insya Allah.
Bro en Sis, ketika kita memiliki rasa percaya diri, kita tahu apa yang kudu kita lakukan. Kita bisa ngukur diri. Itu sebabnya, orang yang percaya dengan kemampuan dirinya, biasanya bakalan rileks en tanpa beban dalam berbuat. Ini, tidak saja membawa hasil maksimal, tapi juga antistres. Nggak percaya? Silakan dicoba. So, jadi muslim kudu pede!
Yup, rasa percaya diri emang kudu ditumbuh-kembangkan dalam diri kita. Kita rawat, kita bersihkan, kita poles dengan apik, dan kita sirami agar terus bersemi. Kita rawat dengan terus mengasah kemampuan yang kita miliki. Kita bersihkan segala yang kita anggap menghalangi semangat hidup kita. Kita pun rajin mengobati dan ‘membunuh’ rasa malas yang bersemayam di hati kita agar berubah jadi energi positif yang akan menggerakkan turbin di hati untuk terus memproduksi ketekunan dan kekuatan untuk hidup. Jangan lupa, kita juga menyirami relung hati dan akal kita dengan asupan ‘gizi’ tentang keyakinan akan masa depan. Terus disirami agar senantiasa tumbuh subur. Sehingga kita berani bilang, “Jangan pernah menatap masa depan dengan mata penuh ketakutan”. Bisa kan? (more…)

Cewek ‘Hitam-Putih’

Posted in Buletin GAUL Islam,Tahun IV/2010-2011 by sholihin on the May 23rd, 2011
 gaulislam edisi 187/tahun ke-4 (19 Jumadil Akhir 1432 H/ 23 Mei 2011)

Sobat muslim, makhluk Alloh Ta’ala bernama cewek sering-kali diidentikkan dengan peri-laku yang manis. Makhluk yang lembut, ngemong, care, bisa ngatur keuangan, teliti, rapi, sabar, penuh perhitungan dan lain-lain dan sebagainya. Tapi, ternyata kalau merhatiin fakta sekarang kayaknya makin jarang aja tuh nemuin cewek yang kayak gitu.
Bener. Dilihat dari berita yang seliweran di berbagai media, baik cetak maupun elektronik, bahkan dari yang saya lihat dan dengar langsung makin sering didapetin kenyataan banyak cewek yang makin jauh dari kontrol agamanya (baca: Islam). Dari sekadar yang “remeh” sampai yang kelas berat kalau nggak mau dibilang sadis. Sekadar contoh aja nih ya, cewek-cewek yang ngomongnya asal ngejeplak nggak pake mikir makin gampang ditemuin. Lisannya nggak kekontrol. Seluruh isi kebun binatang sering banget jadi kosa kata yang enteng-enteng aja diucapin. Duh…duh…
Fakta yang lainnya yang sempet bikin saya kaget adalah makin seringnya saya jumpai cewek-cewek remaja yang merokok, di foodcourt atau bahkan di angkot. Saya pernah pergi ke sebuah obyek wisata di Jakarta Selatan beberapa waktu lalu untuk keperluan pembuatan film dokumenter, saya jumpai banyak remaja berseragam putih abu-abu yang lagi asyik santai-santai di pinggir danau. Beberapa di antaranya asyik ketawa-ketiwi sambil asyik ngerokok. Weleh! Weleh!(more…)

Korban Iklan

Posted in Buletin GAUL Islam,Tahun IV/2010-2011 by sholihin on the May 16th, 2011
 gaulislam edisi 186/tahun ke-4 (12 Jumadil Akhir 1432 H/ 16 Mei 2011)
Ayu memandang lama ke arah kaca, ia terkejut sekali mendapati jerawat bermunculan di wajahnya. Sebenarnya, hal ini lumrah-lumrah saja, toh usia Ayu kan masih tujuh belas tahun, ketidakseimbangan hormon yang berefek timbulnya jerawat masih terjadi dalam tubuhnya. Meskipun begitu, bagi Ayu, hal ini tidak dapat didiamkan.Tak ada maaf untuk jerawat yang bertebaran di pipinya! Ayu putar otak, apa ya yang harus ia lakukan untuk menyingkirkan musuh kecantikannya ini?
Ia ambil laptopnya, diketikkannya sebaris kata kunci “jual obat jerawat” di kolom pencarian search engine terbaik sejagad, Google, dan muncullah sederet tautan ke online shop yang menjajakan berbagai merek obat jerawat. Harga obat jerawat berbagai merek itupun beragam, mulai dari Rp. 30.000,- sampai ratusan ribu rupiah. Ayu bingung harus pilih yang mana, jadi ia putuskan untuk minta rekomendasi Eka, sahabatnya yang tajir dan berkulit licin bak berlapis lilin itu. Pasti Eka lebih tahu!
Saat ia tanyakan obat jerawat apa yang sebaiknya ia pakai, Eka justru menjawab, “Aduh, jangan pakai sembarang obat deh Yu, ikut aku aja ke klinik kecantikan di Mal XX. Tuh mumpung lagi ada promo 50% off. Cuma berlaku sampai akhir bulan lho, kapan lagi kita bisa perawatan di klinik mahal dengan biaya semurah itu.” (more…)

Muslim Brotherhood

Posted in Buletin GAUL Islam,Tahun IV/2010-2011 by Amira Mehnaaz on the May 9th, 2011
 gaulislam edisi 185/tahun ke-4 (5 Jumadil Akhir 1432 H/ 9 Mei 2011)
Sobat muda muslim, udah lama kayaknya gue absen nulis buat gaulislam gara-gara nggak ada uang lebih buat ke warnet (merana banget kesannya gue nih). But, kebetulan  sekarang ini teman gue kerjanya jaga warnet dekat rumah gue, jadi gue bisa numpang internetan gratis deh. Sekarang gue jadi bisa nulis lagi buat gaulislam tanpa perlu khawatir sama kantong yang bakal kekuras karena billing warnet. Hehehe. Sori nih, tukang nyari gratisan soalnya gue. Harap maklum.
Gue dapet tugas nulis tentang persaudaraan sesama umat Islam, baik yang ada di tanah air kita yang ‘tercinta’ ini, di negara lain dan antar negara tentunya.
Kalo temen-temen sering pantengin tipi nih, pasti temen-temen masih menyimpan memori kasus Ahmadiyah, yang ajarannya super menyimpang dari Islam. Istilah kata, Ahmadiyah itu udah mah sesat, juga menyesatkan. Jika Islam dinistakan oleh suatu kelompok (macam Ahmadiyah ini), maka umat Islam di seluruh pelosok negeri akan bersatu untuk membela Islam, tanpa memandang lagi dia yang pake sarung atau pake celana (sebenarnya yang pake sarung dalemannya pake celana juga lho). Hehehe bingung ya dengan tulisan gue? Sama. Gue juga bingung. Lha? Halah, lebay deh gue!
Kalo kamu mau merhatiin, dalam kasus ini persaudaraan umat Islam di negara kita menjadi sangat erat dan bersatu. Seolah telah melupakan segala perbedaan yang ada. Entah itu perbedaan guru, madzhab, suku dan lainnya. Semua sekat perbedaan itu hilang, yang ada dalam benak kaum muslimin adalah bagaimana umat Islam bersatu untuk membela agama Islam. Mungkin itu salah satu contoh kecil tentang persaudaraan umat Islam di Indonesia. (more…)

Pendidikan yang Mendidik

Posted in Buletin GAUL Islam,Tahun IV/2010-2011 by Hasna Hawwa on the May 2nd, 2011
 gaulislam edisi 184/tahun ke-4 (28 Jumadil Awwal 1432 H/ 2 Mei 2011)

Sebenarnya tulisan ini termasuk dadakan lho. Baru ditulis hari Kamis, pas saya ikut nganterin buletin gaulislam edisi cetak ke sekolah-sekolah di Bogor. Padahal ada tulisan yang sudah dijadwalkan siap diedit, tapi sementara digeser ke pekan depan aja tulisan yang rencananya pekan ini dimuat ya. Jadi, harap dipersori ya buat Utha, yang udah saya tugaskan nulis. Hehehe… kalem Bro, insya Allah pekan depan dimuatnya.
Sobat muda muslim, kalo kamu coba ngikutin perkembangan saat ini, ternyata masih banyak lho pendidikan yang justru nggak mendidik. Banyak faktor yang menjadikannya seperti itu. Mulai dari bahan bakunya, alias siswanya yang belajar. Banyak kok siswa yang belajar di sekolah sebenarnya mereka nggak siap dididik. Tetapi sebaliknya, siap kalo nggak dididik. Hehehe… buktinya, kalo sekolah seringnya bolos. Jika guru mata pelajaran tertentu nggak hadir, langsung nyanyi sorak-sorak bergembira. Merdeka! Ayo ngaku! Saya nggak nuduh, lho. Heheh.. kalem Bro.
Bro en Sis, emang sih nggak semua sekolah siswanya malas belajar. Tetapi jika mau disurvei serius, sepertinya nggak sedikit yang menjadikan sekolah sebagai ajang kebanggaan di luar prestasi akademik. Misalnya, sekolah cuma jadi ajang cari teman, bikin gank, adu pamer harta, termasuk di dalamnya menyalurkan hobi pacaran (Gila! Pacaran dibilang hobi, emangnya mancing!). Untuk siswa jenis begini, prestasi akademik bukan lagi persoalan yang kudu dikejar mati-matian. Dapet nilai minimal udah bisa lulus juga alhamdulillah kali. Sebab, belajar kan sekadar efek samping. Gubrak!(more…)

Setelah UN, Mau Ngapain?

Posted in Buletin GAUL Islam,Tahun IV/2010-2011 by sholihin on the April 25th, 2011
 gaulislam edisi 183/tahun ke-4 (21 Jumadil Awwal 1432 H/ 25 April 2011)
Alhamdulillah, buat kamu yang duduk di kelas 3 (atau kelas 12) SMA/SMK/MA, akhirnya selesai juga hajatan UN alias Ujian Nasional. Semoga hasilnya memuaskan ya, dan tentu saja kamu bisa lulus. Insya Allah. Gimana, ternyata cuma gitu-gitu aja ya? Hehehe… seperti biasa, soalnya sih gampang. Iya kan? Tetapi yang nggak gampang adalah menjawabnya. Gubrak! Sori, bukan mo ngeledekin, tapi faktanya emang gitu kan? Meski demikian, bagi kamu yang udah berusaha untuk rajin belajar dan tak kenal lelah untuk mengerjakan soal-soal latihan insya Allah mudah ya menjawab soal-soal UN kemarin.
Bro en Sis, semoga masa belajar yang kamu tempuh sejak SD hingga lulus SMA, berarti 12 tahun ya, cukup untuk menjadi bekal mengarungi kehidupan. Bagi kamu yang masih belum puas belajar, kuliah adalah pilihan tepat. Apalagi jika biayanya memang udah disiapin sama ortumu. Ambil kesempatan itu dan gunakan sebaik-baiknya. Tetapi bagi kamu yang kebetulan udah mentok, baik dari segi biaya maupun kemampuan akademik, jangan putus asa. Kesempatan kamu masih terbuka lebar untuk mengembangkan kemampuan.
Insya Allah bagi yang belajar di sekolah kejuruan nggak terlalu khawatir, karena bisa langsung bekerja di sektor industri sesuai keahlian yang dimiliki, tetapi bagi kamu yang lulusan SMA/MA agak sedikit berat. Meski tentu tetap harus semangat. Beratnya kenapa? Ya, karena dari segi keahlian tidak spesifik seperti kawan-kawan di sekolah kejuruan. Artinya, daya saing di sektor industri agak berat. Tetapi, tetap percaya diri saja. Insya Allah masih ada jalan untuk memperbaiki kualitas diri sehingga bisa tetap mendapat peluang untuk mengais rejeki, selama kamu terus mau belajar. Banyak kok, orang yang bisa survive meski tak memiliki selembar ijasah SMA karena SMP pun tak lulus. Bahkan keahliannya bisa diadu dengan mereka yang makan bangku kuliahan. Bener lho. Selalu ada jalan bagi orang yang mau berusaha. Insya Allah.(more…)

Ngaku Muslim Kok Liberal?

Posted in Buletin GAUL Islam,Tahun IV/2010-2011 by Farah Zuhra on the April 18th, 2011
 gaulislam edisi 182/tahun ke-4 (14 Jumadil Awwal 1432 H/ 18 April 2011)
Sebagai muslim, sudah sepantasnya berpikiran, berperasaan, berperilaku yang mencirikan pribadi seorang muslim. Lagian, ngapain juga ada definisi dan istilah berbeda jika ciri-cirinya sama pada semua hal yang sudah dibedakan. Maka, ketika ada istilah muslim (termasuk mukmin), fasik, munafik, dan bahkan musyrik dan kafir, jelas ada maksudnya. Nggak bisa disama-samain bahwa semua itu benar atau semua salah. Kalo gitu nggak usah ada definisi aja. Betul?
Coba, apa yang mendasari bahwa kamu bisa membedakan antara harimau, beruang, burung, anjing, kucing, dan gajah? Bisa karena bentuknya, bisa karena perilakunya, bisa karena sifatnya dan sejenisnyalah sehingga hewan-hewan tersebut diberikan nama berbeda karena perilaku dan karakternya berbeda. Lalu, jika ada yang bilang bahwa harimau dan gajah sama aja, baik perilaku dan karakternya, kira-kira apa yang akan kamu lakukan kepada orang yang nyampein pernyataan seperti ini?
Aneh! Mungkin istilah ini bisa jadi salah satu yang kamu lontarkan menyikapi pendapat orang tersebut. Tetapi akan lain kalo ada orang yang bilang bahwa baik gajah maupun harimau dan hewan lainnya meskipun berbeda-beda bentuk dan karakter, tetap saja nggak memiliki akal. Ini baru pernyataan yang benar. Tetapi sayangnya kita tidak sedang ngobrolin hal itu. (more…)

Belajar dari Jepang

Posted in Buletin GAUL Islam,Tahun IV/2010-2011 by Leila Amra on the April 11th, 2011
 gaulislam edisi 181/tahun ke-4 (7 Jumadil Awwal 1432 H/ 11 April 2011)
Pertama kali nyaksiin tayangan berita gempa di Jepang, betapa kagetnya gue. Selain karena kedahsyatan bencana tersebut, juga karena bagusnya rekaman yang bisa diperoleh bahkan hanya dalam kurun waktu beberapa saat setelah kejadian. Melihat reportase di televisi mengenai kejadian tersebut gue hanya bisa tertegun membayangkan bagaimana dahsyatnya bencana tersebut. Belum juga bencana bisa ditangani bencana susulan sudah menyapa, reaktor nuklir Fukushima yang terkena gempa ternyata mengalami kerusakan dan kebocoran, sehingga memancarkan radiasi berbahaya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar reaktor tersebut.
Bencana selalu menarik untuk dikupas, karena selain menyajikan banyak sisi untuk diambil pelajaran juga memberikan banyak hal baru yang sebelumnya nggak pernah kepikiran sama kita. Tragedi gempa di Jepang, kalo kita perhatiin bener bukan gempa yang paling parah bikin kerusakan, tapi tsunami. Di Jepang, bangunan emang udah didesain untuk tahan gempa, masyarakatnya juga udah terbiasa dengan gempa, jadi bagi mereka gempa bukan hal baru lagi, tapi tsunami beda ceritanya. Manusia yang 90 persen badannya berisi air pun nggak bisa bertahan dengan tsunami yang jelas banget air juga. Bangunan yang didesain tahan untuk ngelawan gempa, ternyata nggak bisa ngelawan dahsyatnya tsunami.
Bencana tidak berhenti sampai di sini saja, Jepang yang terkenal sebagai bangsa Asia yang majupun ternyata membuat kesalahan fatal (kalo tidak disebut sebagai kebodohan), yaitu dengan mendirikan reaktor nuklir di atas tanah yang labil. Tapi apa bener kalo mereka tidak memperhitungkan sama sekali risikonya? Ternyata tidak, yuk kita bahas deh. (more…)

Sumber Polusi Udara

Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. [Karbon monoksida]adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam [smog fotokimia] adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.
Belakangan ini tumbuh keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks global dan hubungannya dengan pemanasan global (global warming) yg memengaruhi;
Kegiatan manusia
  • Transportasi
  • Industri
  • Pembangkit listrik
  • Pembakaran (perapian, kompor, furnace,[insinerator]dengan berbagai jenis bahan bakar
  • Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)
Sumber alami
Sumber-sumber lain

[sunting] Jenis-jenis pencemar

[sunting] Dampak

[sunting] Dampak kesehatan

Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISNA (infeksi saluran napas atas), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISNA pada tahun 1998 senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun 2015.

[sunting] Dampak terhadap tanaman

Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.

[sunting] Hujan asam

pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
  • Mempengaruhi kualitas air permukaan
  • Merusak tanaman
  • Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga memengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
  • Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan

[sunting] Efek rumah kaca

Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
  • Pencairan es di kutub
  • Perubahan iklim regional dan global
  • Perubahan siklus hidup flora dan fauna

[sunting] Kerusakan lapisan ozon

Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme | Blogger Templates | Best Credit Card Offers